Oleh : Kang Miftah
Pagi itu, suasana cerah mewarnai Kampoeng Kebun Kopi Banaran, Bawen dan Sekitarnya. Terlihat masyarakat begitu antusias mengawali pagi harinya. Beberapa remaja dan pelajar muda mudi sibuk mempersiapkan diri berangkat sekolah. Sebut saja Dol, salah satu murid kelas XII IPS berangkat lebih awal dari hari biasanya. Maklum saja, ia tak ingin ketinggalan kegiatan rutin tiap hari Senin. Ia tak ingin, Alpha menghiasi kertas absen mingguannya.Siswa kelas XII IPS SMK DIPONEGORO SALATIGA itu memang selalu disiplin dalam segala hal, termasuk juga pendidikan. Pada Mapel Akuntansi, ia mendapatkan nilai baik diantara teman temannya. Namun, Aidar, teman sebangkunya tak kalah hebat. Ia selalu bersaing di dalam ulangannya. Berlomba lomba untuk menjadi yang terbaik. Jadi, maklum saja jika Bu Umi salah satu gurunya memberi acungan jempol.
Setelah pengumuman UN yang dilaksanakan satu bulan yang lalu dibacakan, mereka berdua lulus dan alhasil menjadi teladan di sekolah itu, berbagai beasiswa mengalir di antara keduanya, salah satu universitas gajah mada (UGM), yang memberikan beasiswa biaya studi, sehingga mempermudahkan bagi dia untuk meneruskan jenjang berikutnya.
Sore itu suasana mendung, Karis, nina, dol, dan teman-temanya berkumpul di teras rumahnya Aidar. Mereka asyik bercengkrama, bercerita tentang beberapa hal. Dengan ditemani kopi hangat, sepiring pisang goreng dan satu bungkus rokok apache, Karis membuka percakapan itu:
Karis:” ora nyongko yo awake dewe west lulus”Nina:” he.ech igt….!!!!!”Dol:” sekolah telung tahun rasane sediluk thok….”Aidar:” hla sesok meh doh neroske nandi qie…?”(sembari mengambil sebatang apache di depan mejanya)Dol:” aku meh neruske neng UGM wingi kae. Kesempatan egt. West entok beasiswa nak ora di jipok eman-eman. Hla kwe meh nerosake nendi Na, Nina. Jare meh rabi ? he…..heheheheh” (bercanda).Nina:” huuuuusy…..ora yow. Aku durung meh arep rabi, ngawur ae.” (Sambil menggrutu) “aku meh melu pakde Basuki nek BALI, omahe pakdekukan cedak karo wisata kono opooo maneh, pakdeku dadi juragan jagung gitu looooch.” (gayanya dengan sedikit lebay).Aidar:” wah penak kwie, hla kwe meh nandi Ris ?”KARIS:” AKU MEH MELU Nina wae menowo dadi mantune hha….ha….ha….”(jawabnya bercanda) “ora-ora aku meh neroske maneh tapi rahasia. Seng pasti orak nek pesantren soale wonge kuno-kuno thow”Nina:” he.ech……wonge mancen kuno-kuno. Aidar:…………………@&^/^#&*/&^?!Dol:” waduch meh doh lungow dewe-dewe qie critane?.Karis:” yo ngonow kae. Mugo-mugo wae iki dadi kenangan seng rak terlupakan….yuk yak”All:” yooooook……….”(jawabnya serentak) Tawa mereka menambah suasana menambah lebih hangat. Hingga mewarnai hari itu menjadi semakin ramai mataharipun mulai menyembunyikan sinarnya dan tak sadar kalau hujan deras barusan telah reda, menyisakan tetesan air hujan dipohon depan rumahnya. Singkat cerita lima bulanpun berlalu. Nina telah ikut keluarga pak Basuki di Bali. Keceriaan itu melekat pada gadis muda 19 thn berkulit putih, tinggi sekitar 175cm dengan rambut sebatas bahu ia begitu betah dengan fasilitas yang begitu memadai. Begitu juga dengan Dol yang akhirnya meneruskan ke UGM di sana ia menjadi ketua organisasi di sebuah forum. Hal itu, tidak lain karena kepribadianya yang disiplin yang di tanamkan sejak kecil. Namun, berbeda dengan Aidar. Ia masuk kedunia pesantren (waooow) ya, benar. Setelah pilihan dan niatnya yang bulat untuk masuk pesantren salafy ia ingin membuktikan pada teman-temanya bahwa santri itu tidak kuno yang hanya dipandang dari sarung dan pecis miring thok. Santri harus bisa lebih unggul dari yang lainya. Ia berangkat ke pesantren untuk menimba ilmu di sana ia bergaul dengan para santri yang terdahulu, sehingga cukup untuk pelbagi pengalaman di sana. Ia juga belajar bagaimana supaya bisa hidup mandiri. Santri juga dituntut untuk hidup kreatif karena di pesantren tidak ada hal yang seketika. Semua butuh kreatifitas dan proses dengan jangka yang lama, disamping semua itu yang diwajibkan ialah mentaati apa yang didawuhkan oleh Yai yang tidak lain hanya untuk khidmad dan mengharap berkah. Sebelas tahun telah berlalu ia telah menyelesaikan jenjang pendidikan di sana ia menjadi santri yang dituakan oleh yang lainnya, setelah lumayan lama di sana ia di izinkan Yainya untuk boyong alias menjadi alumni. Namun, ia harus melaksanakn kewajiban-kewajiban sebagai alumni. Sore itu matahari menampakkan cahaya kekuning-kuningan bertanda hari mulai petang orang-orang mulai pulang dari ruang kerjanya. Tak ketinggalan pula Aidar yang lebih dari sepuluh bulan setelah pulang dari pesantren. Tapi ia belum mendapatkan pekerjaan yang mapan. Benar kata orang tua. Mencari pekerjaan memang sulit, tapi tetap berusaha keras untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Ia tak ingin membebani orang tuanya yang sudah tua berbagai pekerjaan telah ia coba. Mulai dari kuli bangunan, tukang gorengan hingga menjadi pelayan di sebuah restauran namun gaji dari pekerjaan itu belum cukup untuk memenuhi kebutuhanya. Ia ingat akan dawuh Yainya, santri harus kreatif bekerja dan tidak menggantungkan orang lain. Akhirnya ia mancoba membuat makanan ringan, mie instan lewat tangan kreatifnya. Hal itu dilakukan setelah menikah dengan gadis dari desa tetangga dengan dukungan dari sang istrinya tercinta ia mulai menekuni usahanya itu. Sedikit demi sedikit ia sudah membuahkan hasil. Ia terus menggali kreasinya itu sehinnga kurang dari satu tahun ia mampu membeli jupiter MX. Kurang dari tiga tahun ia mampu membeli sebidang tanah di daerah jogjakarta dan mendirikan bangunan di situ sebagai ruang kerjanya ia juga memperkerjakan tetangga dan orang-orang sekitar supaya/ untuk mengurangi jumlah pengangguran dengan upah atau gaji yang sesuai. Waktu terus berputar, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Pekerjaan yang ia tekuni akhirnya membuahkan hasil. Ia memiliki cabang usaha mie instant di berbagai daerah, bahkan sudah sampai di luar kota rasa syukurpun selalu mengiringinya mungkin itu adalah berkah selama ia menjadi santri. Suatu hari ia pergi berlibur ke jepara bersama istri dan kedua anaknya yang memang saat itu sedang libur sekolah. Ia pergi untuk berwisata. Memasuki makan siang ia mampir kesebuah warung makan pak KEMPLENG. Hidanganpun sudah sampai di depan mejanya. BERSAMBUNG…..Next to be continue Pengen tau kisah selanjutnya ??? Ikutin Terus Buletin Khamisan Bersama ZABARJUD ….!!!!!!
0 Response to "OW, JUBULE KOE TO !"
Post a Comment