VALENTINE, SEBUAH KECELAKAAN BUDAYA

Oleh : Mas Achmad Nurdin
Kaum muslimin tengah bersiap-siap memasuki kota Makkah, sepuluh ribu tentara, sebagianya tentara berkuda tinggal menunggu perintah saja. Kesibukan menyebar ke hampir seluruh sudut kota Madinah (tua, muda, besar, kecil) tak ada yang ketinggalan larut dalam persiapan menyambut kemenangan besar yang segera tiba di depan mata. Walaupun tidak terucap dalam kata, ungkapan dalam hati kaum Muhajirin dan Anshor mungkin hanyalah “Hari yang dijanjikan itu telah tiba. Kota Makkah akan dibebaskan”.
Menjelang keberangkatan menuju Makkah, Rosulullah SAW berkata kepada pamannya Abbas  “Tawan Abu Sufyan saat pasukan muslimin lewat, agar melihatnya”. Rosullah SAW sengaja tidak memberi tahu sahabat-sahabat Muhajirin dan Anshor tengtang masuk islamnya Abu Sufyan. Kecuali hanya beberapa orang saja. Beberapa orang diantaranya yaitu Abbas. Hal ini bertujuan agar proses pembebasan Makkah berjalan mulus tanpa ada pertumpahan darah. Mental orang-orang Makkah akan mengalami degradasi, sebab pemimpin mereka (seolah-olah) telah tertawan.
Setelah Rosulullah SAW berkata demikian, tak lama kemudian lewatlah serombongan pasukan Anshor lengkap dengan panji-panjinya. Pasukan yang dipimpin oleh pemuka Anshor, Sa’id bin Ubadah itu melintas di depan Abu Sufyan. Sa’id lalu berkata “Hari ini hari pembalasan : Hari ka’bah dibersihkan dari berhala-berhala”. Abu Sufyan terkejut, tapi tetap berusaha tenang, ia berkata “Hari yang paling baik untuk berperang”. Tak berapa lama, Rosulullah SAW tiba, Abu Sufyan mengklarifikasikan ucapan Sa’id kepada beliau. “Apakah engkau memerintahkan mereka memerangi umatmu sendiri”. Rosulullah SAW terheran mendengar pertanyaan Abu Sufyan. “Tidak ….!! Sa’id telah berdusta hari ini adalah kasih sayang (اليوم يوم المرحمة) “. Kata Rosulullah SAW.
Di belahan dunia yang lain, seorang pendeta Nasrani Roma dihukum pancung oleh dewan gereja di dalam Gereja Kebesaran Agung Roma. Pendeta itu dihukum mati karena telah berani menikahkan seorang pendeta dengan kekasihnya. Dewan gereja menganggapnya telah murtad disebabkan perbuatannya itu. Sebab hukum gereja telah menggariskan dalam kitab Bibel, bahwa pendeta atau gembala-gembala Tuhan Yesus tidak boleh menikah.
Saint Valentine, nama pendeta yang nahas itu, sebelum menjalani eksekusi terlebih mendapat siksaan dari dewan Gereja Agung pusat Roma. Hari kematian  Saint Valintine tepat tanggal 14 Februari. Berawal dari sinilah kemudian nama Saint Valentine menjadi bahan renungan dan disukai oleh ahli fikir Roma, hingga akhirnya para pecinta yang mengagung-agungkan keberaniannya sepakat mengabadikan kematiannya sebagai hari kasih sayang. Bahkan menisbatkan Saint Valentine sebagai martis atau syuhada kristiani yang mati syahid karena membela kebenaran. Di Eropa lebih dikenal sebagai  Luperkalia.
Apakah islam mengenal Valentine…? Kalau yang dimaksudkan valentine sebagai hari kasih sayang universal, jawabanya, iya. Kasih sayang antar sesama umat manusia, kasih sayang antar sesama muslim, kasih sayang antara orang tua dengan anaknya, kasih sayang dengan sesama saudara, sebagaimana yang telah diteladankan nabi SAW saat peristiwa fatah al makkah. Tapi kalau kasih sayang yang dimaksud adalah seperti yang dilakukan remaja-remaja dan pemuda-pemuda zaman sekarang pada setiap peringatan hari valentine, tentu saja tidak ada dalam islam. Dan bukankah bagi umat islam lebih baik memperingati hari kasih sayang pada peristiwa fatah al makkah, dari pada memperingati hari kematian seorang pendeta Nasrani.

0 Response to "VALENTINE, SEBUAH KECELAKAAN BUDAYA"

Post a Comment